Saya yakin banyak dari kita, terutama yang sering lihat anak-anak atau bapak-bapak main bulu tangkis di halaman rumah, penasaran: sebenarnya badminton ditemukan pada tahun berapa sih? Kok bisa sampai jadi olahraga kebanggaan Indonesia? Nah, cerita ini menarik sekali, Bu, karena permainan bulu tangkis itu ternyata usianya sangat tua, bahkan ada jejaknya dari ratusan tahun lalu.
Kalau kita telusuri, akar permainan seperti bulu tangkis itu sudah ada sejak zaman kuno. Di Tiongkok, India, bahkan Eropa, ada permainan yang mirip dengan memukul shuttlecock atau bola ringan ke udara. Tapi, yang benar-benar melahirkan olahraga “badminton” seperti yang kita kenal sekarang, itu terjadi pada pertengahan abad ke-19 di Inggris.
Tahun yang sering disebut adalah sekitar 1873, saat sebuah permainan bernama “Poona” (berasal dari India) dikenalkan oleh tentara Inggris. Dari sanalah nama “badminton” muncul, terinspirasi dari sebuah tempat bernama Badminton House di Gloucestershire, Inggris. Jadi bisa dibilang, tahun kelahiran resmi olahraga ini diakui sekitar 1873.
Dari Permainan Kuno Menjadi Olahraga Modern
Kalau diingat-ingat, dulu kita kecil suka main pakai kok dari bambu atau raket murah yang dibeli di pasar. Itu sebenarnya sudah jadi bagian dari sejarah panjang permainan ini. Di India, permainan bernama “Poona” dikenal sejak abad ke-18. Nah, ketika tentara Inggris pulang kampung, mereka membawa permainan itu, lalu memainkannya di Badminton House. Akhirnya, nama tempat itu melekat jadi nama resmi olahraganya: “Badminton”.
Bertahun-tahun kemudian, olahraga ini berkembang pesat. Tahun 1893, di Inggris berdirilah Badminton Association of England, yang kemudian membuat aturan resmi pertama. Dari sinilah bulu tangkis mulai menyebar ke banyak negara.
Badminton di Indonesia: Dari Halaman Rumah ke Panggung Dunia
Sebagai ibu rumah tangga, saya sering lihat anak-anak main bulu tangkis sore-sore di depan rumah. Kadang ada yang raketnya bolong, atau bolanya sudah tidak berbulu lagi, tapi semangat mereka tidak pernah hilang. Itu mengingatkan saya kalau Indonesia sendiri punya sejarah luar biasa dengan olahraga ini.
Bulu tangkis masuk ke Indonesia sekitar awal abad ke-20, dibawa oleh bangsa Belanda. Tapi, meski awalnya hanya dimainkan kalangan tertentu, lama-lama olahraga ini menyebar ke rakyat biasa. Nah, yang membuat kita bangga, ternyata Indonesia sangat cepat berkembang di bidang ini. Bayangkan saja, sejak tahun 1958, kita sudah ikut serta dalam kejuaraan beregu pria paling bergengsi, yaitu Thomas Cup, dan bahkan berhasil jadi juara.
Sebagai ibu, rasanya bangga sekali kalau dengar nama-nama legenda bulu tangkis kita seperti Rudy Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, sampai Taufik Hidayat. Semuanya bisa membuat rakyat Indonesia meneteskan air mata bahagia ketika lagu Indonesia Raya berkumandang.
Mengapa Badminton Begitu Dicintai?
Kalau saya lihat, ada beberapa alasan kenapa badminton begitu dekat dengan hati orang Indonesia. Pertama, alatnya tidak terlalu mahal. Kita bisa beli raket murah di warung dan tetap bisa main sepuasnya. Kedua, bisa dimainkan di mana saja. Halaman rumah, gang sempit, sampai lapangan resmi, semuanya bisa jadi arena. Ketiga, olahraga ini melatih semangat, kecepatan, dan strategi. Jadi, walaupun terlihat sederhana, badminton sebenarnya penuh teknik.
Peran Badminton dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai ibu rumah tangga, saya melihat badminton bukan hanya sekadar olahraga. Ia juga jadi sarana kebersamaan. Sore-sore setelah beres memasak, saya suka ajak anak-anak main bulu tangkis sebentar. Walau keringatan, rasanya bahagia sekali bisa tertawa bersama. Bulu tangkis juga sering jadi perekat antar tetangga. Kalau ada turnamen kecil di kampung atau RT, biasanya suasananya meriah sekali. Ada ibu-ibu yang bawa gorengan, bapak-bapak yang jadi komentator dadakan, dan anak-anak yang berlari kesana kemari. Semua larut dalam olahraga yang lahir ratusan tahun lalu tapi sampai sekarang tak pernah usang.
Kesimpulan
Jadi, kalau ada yang bertanya “Badminton ditemukan pada tahun berapa?”, jawabannya adalah sekitar tahun 1873 di Inggris, meskipun akar permainannya sudah ada sejak lama di India dan Tiongkok. Dari situlah cikal bakal bulu tangkis modern berkembang, hingga akhirnya menjadi salah satu olahraga paling populer di dunia, terutama di Indonesia.
Bagi kita, badminton bukan sekadar olahraga, tapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Ia hadir di halaman rumah, di sekolah, bahkan sampai membawa nama bangsa ke tingkat dunia. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa perjalanan badminton bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang kebersamaan, semangat, dan rasa cinta tanah air.